






Study with the several resources on Docsity
Earn points by helping other students or get them with a premium plan
Prepare for your exams
Study with the several resources on Docsity
Earn points to download
Earn points by helping other students or get them with a premium plan
Community
Ask the community for help and clear up your study doubts
Discover the best universities in your country according to Docsity users
Free resources
Download our free guides on studying techniques, anxiety management strategies, and thesis advice from Docsity tutors
Techniques used in Artificial Intelligence
Typology: Summaries
1 / 12
This page cannot be seen from the preview
Don't miss anything!
2.1 Sistem Pakar
Sistem pakar ( Expert System) adalah sistem yang berusaha mengadopsi pengetahuan manusia kedalam komputer, agar komputer dapat menyelesaikan masalah seperti yang dilakukan oleh para ahli. Dan perancangan sistem yang dibangun harus benar-benar dari narasumber yang ahli dibidangnya, sehingga ketika sistem selesai dibuat, sistem tersebut memang dapat membantu pengguna dalam menyelesaikan masalah dan tidak menimbulkan masalah berikutnya.
Sistem pakar merupakan cabang dari AI ( Artificial Intelligent ) yang membuat penggunaan pengetahuan yang dikhususkan secara ekstensif untuk memecahkan masalah pada level human “ahli”. Seorang yang ahli yaitu mempunyai pengetahuan atau keterampilan tertentu yang tidak diketahui atau ada untuk kebanyakan orang. Seorang ahli dapat memecahkan masalah yang tidak dapat dipecahkan sama sekali oleh orang lain atau memecahkanya dengan lebih efisien (tetapi tidak mudah). Berikut adalah konsep dasar dari fungsi sistem pakar :
Gambar 2.1 : Konsep dari Fungsi Sistem Pakar
Knowledege-Base
Inference Engine
Facts
Expert
2.1.1 Manfaat dan Kelemahan Sistem Pakar
Adapun manfaat yang dari sistem pakar adalah sebagai berikut (Kusrini, 2006) :
Selain memilki manfaat yang begitu banyak sistem pakar juga memiliki kelemahan yaitu sebagai berikut :
Pada contoh kasus berikut akan dijelaskan bagaimana metode Demspter-Shafer melakukan perhitungan dan menentukan hasil analisis berdasarkan gejala atau ciri yang dihasilkan dari penarikan kesimpulan. Contoh kasusnya adalah :
Tomy adalah seorang calon mahasiswa universitas X berasal dari Kota Kabupaten di Sumatera. Terdapat 3 jurusan yang diminati oleh Tomy yaitu Teknik Informatika (I), Ekonomi (E) dan Pariwisata (P). Untuk itu dia mencoba mengikuti beberapa tes uji coba. Uji coba pertama adalah tes logika dengan hasil tes menunjukkan bahwa probabilities densitas m 1 {I,E} = 0,75 Lalu pada tes kedua adalah tes matematika, hasil tes menunjukkan bahwa probabilitas densitas m 2 {I} = 0,8. Tes ketiga adalah wawancara, hasil tes menunjukkan bahwa densitas probabilitas m 3 {P} = 0,3 maka tentukan probabilitas densitas dari kombinasi gejala (hasil tes) yang didapat oleh Tomy.
Hal pertama yang harus diperhatikan adalah ciri-ciri atau hasil tes yang didapat oleh calon mahasiswa baru, setelah itu maka akan dijabarkan satu per satu dan menghitung densitas probabilitas masing-masing dari ciri tersebut, caranya adalah sebagai berikut :
Anggota θ = {I,E,P}, dengan : I = Teknik Informatika E = Ekonomi P = Pariwisata
Berikutnya, perhitungan densitas setiap gejala/ciri menggunakan persamaan (1) :
1. Gejala/Ciri 1 : Nilai Tes Logika Dari hasil tes logika yang didapat oleh Tomy, diberikan densitas sebesar 0,75. Maka nilai probabilitasnya adalah : m 1 {I,E} = 0, m 1 {θ} **= 1 – 0,75 = 0,
Dari hasil tes matematika yang didapat oleh Tomy, diberikan densitas sebesar 0,8 maka nilai probabilitasnya adalah : m 2 {I} = 0, m 2 {θ} = 1 – 0,8 = 0,
Munculnya ciri baru maka harus dilakukan perhitungan densitas baru untuk beberapa kombinasi (m 3 ). Untuk memudahkan perhitungan maka himpunan-himpunan bagian dibuat kebentuk tabel.
Tabel 2.1 : Aturan Kombinasi untuk m 3 {I} (0,8) θ (0,2)
{I,E} (0,75) {I}^ (0,6)^ {I,E}^ (0,15) θ (0,25) {I} (0,2) θ (0,05)
Penjelasan tabel :
Selanjutnya dihitung densitas baru untuk beberapa kombinasi (m 3 ) dengan persamaan Dempster Shafer, rumus yang digunakan adalah persamaan (2) dengan perhitungan densitas barunya adalah sebagai berikut :
m 3 {I} m 3 {I,E} m 3 {θ}
m 5 {P}
m 5 {θ}
Maka dapat disimpulkan bahwa calon mahasiswa baru yang bernama Tomy lulus pada jurusan Teknik Informatika, dengan nilai densitas yang paling tidak jauh berbeda dengan nilai densitas awalnya yaitu dengan nilai m{I} = 0.783.
2.3 Metode Certainty Factor (Faktor Kepastian)
Certainty factor menampilkan derajat kepastian sama seperti teori Dempster-Shafer yang menggunakan notasi Bel. Certainty factor menggambarkan derajat kepercayaan atau ketidak percayaan, dimana hasil dari penjumlahan keduanya tidak selalu berjumlah 1. Certainty factor menggunakan M (^) B (H|E) untuk menggambarkan nilai kepercayaan dari hipotesis H, Gejala E, dan M (^) D(H|E) untuk nilai ketidakpercayaan dari hipotesis H, gejala E. Karena keterangan atau fakta bagian dari gejala salah satunya menyangkal hipotesis, M (^) B (H|E) atau M (^) D(H|E) maka nilainya harus nol untuk setiap H dan E. Jadi rumus untuk Certainty factor adalah sebagai berikut (Coppin, 2004) :
CF(H|E) = MB (H|E) – MD(H|E) ................................................................. (3)
Keterangan : CF(H|E) : Certainty factor dari hipotesis H yang dipengaruhi oleh gejala ( evidence ) E. Besarnya CF berkisar antara -1 sampai dengan 1. Nilai -1 menunjukkan ketidakpercayaan mutlak sedangkan 1 menunjukkan kepercayaan mutlak. M (^) B (H|E) : ukuran kenaikan kepercayaan ( measure of increased belief ) terhadap hipotesis H yang dipengaruhi oleh gejala E. M (^) D(H|E) : ukuran kenaikan ketidakpercayaan ( measure creased disbelief ) terhadap hipotesis H yang dipengaruhi oleh gejala E. H : Hipotesis atau dugaan penyakit
E : Evidence (Peristiwa atau fakta)
Certainty Factor untuk kaidah dengan kesimpulan yang serupa ( Similiarly Concluded Rules ) :
CFCombine CF[H|E] (^) 1,2 = CF[H|E] 1 + CF[H|E] 2 * [1 – CF[H|E] 1 ] ................... (4)
CFCombine CF[H|E] (^) old,3 = CF[H|E] (^) old + CF[H|E]3 * [1 – CF[H|E] (^) old ] ............ (5)
2.3.1 Contoh Kasus dan Perhitungan Certainty Factor (CF) pada Penelitian Sistem Pakar Penyakit Kulit Pada Manusia Menggunakan Metode Certainty Factor Berbasis Web (Yastita et al.,)
Pada contoh kasus berikut akan dijelaskan bagaimana metode Certainty Factor (CF) melakukan perhitungan dan menentukan hasil diagnosa berdasarkan gejala atau ciri yang dihasilkan dari penarikan kesimpulan. Contoh Kasus :
Seorang pasien mengalami suatu jenis penyakit kulit yang belum diketahui. Gejala yang dialami adalah sebagai berikut :
Dari gejala yang telah diuraikan, sistem akan melakukan proses dengan metode CF. Setelah proses perhitungan selesai, maka sistem akan menyimpulkan jenis penyakit yang diderita oleh pasien. Perhitungan manual dari contoh kasus :
Tabel 2.3 Nilai Kepercayaan Gejala
Gejala
Panu Dermatitis Alergi MB MD MB MD Gatal - Gatal 0,75 0,01 0,75 0,
Certainty Factor (CF) = MB – MD = 0,93998 – 0, = - 0,
2. Perhitungan pada penyakit Dermatitis Alergi menggunakan rumus persamaan (4) dan persamaan (5). Perhitungan MB Dermatitis Alergi ( Measure Belief ) : Gatal – gatal ^ Gatal kurang dari 14 hari = 0,75 + 0,8* (1 - 0,75) = 0, Gatal – gatal ^ Gatal kurang dari 14 hari ^ = 0,95 + 0,8 * (1 – 0,95) Gatal yang disebabkan mengkonsumsi = 0, Makanan atau obat-obatan
Gatal – gatal ^ Gatal kurang dari 14 hari ^ = 0,99 + 0,8 * (1 – 0,99) Gatal yang disebabkan mengkonsumsi = 0, Makanan atau obat-obatan ^ Alergi
Perhitungan MD Dermatitis Alergi ( Measure Disbelief ) : Gatal – gatal ^ Gatal kurang dari 14 hari = 0,01 + 0,02 * (1 -0,01) = 0,
Gatal – gatal ^ Gatal kurang dari 14 hari ^ = 0,0298 + 0,02 * (1 – 0,0298) Gatal yang disebabkan mengkonsumsi = 0, Makanan atau obat-obatan Gatal – gatal ^ Gatal kurang dari 14 hari ^ = 0,0492+ 0,8 * (1 – 0,0492) Gatal yang disebabkan mengkonsumsi = 0, Makanan atau obat-obatan ^ Alergi
Berikutnya adalah perhitungan nilai CF menggunakan persamaan (3) yaitu sebagai berikut :
Certainty Factor (CF) = MB – MD = 0,998 – 0, = 0,
Maka dari hasil diagnosa dan perhitungan menggunakan metode Certainty Factor (CF) nilai tertinggi yaitu penyakit Dermatitis Alergi dengan nilai dengan nilai 0,929.
2.4 Psikopat
Psikopat adalah perilaku psikologis dimana pelaku terus menerus mencari gratifikasi (pembeneran diri) atas tindakan-tindakan keliru yang dilakukannnya. Seseorang psikopat tidak memiliki kemampuan mengenali dan belajar dari kesalahan. Namun dia memiliki daya analisa yang tinggi dan seringkali tergolong orang yang sangat cerdas namun ada juga psikopat yang kecerdasannya dibawah rata-rata. Ada beberapa psikopat yang akan dibahas pada skripsi ini yaitu sebagai berikut :
2.4.1 Pedophilia (Pedofilia)
Pedofilia kata ini berasal dari bahasa Yunani : paidophilia , pais , (“anak atau anak –anak”) dan philia (cinta yang bersahabat atau persahabatan). Pedofilia digunakan sebagai ungkapan untuk “cinta anak” atau “kasih anak” dan sebagian besar dalam konteks ketertarikan romantis atau seksual dengan berbagai cara, yang paling banyak dengan sodomi. Pedofilia juga merupakan gangguan psikoseksual, yang mana fantasi atau tindakan seksual dengan anak-anak pra- pubertas merupakan cara untuk mencapai gairah dan kepuasan seksual.
Preferensi seksual terhadap anak-anak, biasanya pra-pubertas atau awal masa pubertas baik laki-laki maupun perempuan. Pedofilia jarang ditemukan pada perempuan, preferensi tersebut harus berulang dan menetap termasuk laki-laki dewasa yang mempunya preferensi partner seksual dewasa, tetapi karena mengalami frustasi yang kronis untuk mencapai hubungan seksual yang diharapkan, maka kebiasaannya beralih kepada anak-anak.